Hari ini sama seperti kemarin, belum ada kepuasan yang ku harapkan.
Terkadang berfikir tuk berhenti dan mengakhirinya. Tapi jiwaku menolak dan
berkata ‘masa cuma ini kemampuanmu? Mana semangatmu yang dulu?’ hmmmmmmm, aku
bingung. Niat ingin menanamkan pendidikan di kehidupan mereka, tapi aku malah
mengeluh melihat mereka yang hanya ingin bermain. Seharusnya akupun tidak boleh
memaksa kehendak serta keinginanku, dan tidak pula terlalu mengikuti kemauan
mereka yang hanya ingin bermain. Harus ada perubahan dan mengganti metode
belajar yang lebih efektif agar mereka mau mengikuti peranku sebagai guru,
serta dengan suka rela untuk menimba ilmu.
Aku yakin pasti
bisa, ku mantapkan keputusanku dengan membaca basmallah.
‘bismillahirrahmanirrahim’. Akupun mulai menghadapi anak didikku dan mengganti
peranku dari seorang kakak menjadi seorang guru les. Perlahan kuamati
wajah-wajah mereka yang agak riang sebelum memulai kegiatan belajar malam ini.
“Wah, ceria banget nih adik-adik kakak? Lagi pada ngapain sih?”
tanyaku
“Ini nih kak, si Fadli, tadi kan dia itu kejar-kejaran sama si
Dimas, terus kakinya tersandung meja jadinya jatuh deh, he..he…” jawab kakaknya
Fadli
“hmmmm, masa ada yang jatuh malah di tertawakan sih? Terus, ada
yang luka nggak?” tanyaku khawatir
“Nggak ada kok kak, Cuma agak sakit sih” jawab Fadli
“Lain kali, jangan main kejar-kejaran lagi ya, ya udah sekarang
kita mulai belajarnya yuk!” ajakku kemudian.
“Tapi jangan lama-lama ya kak” pinta Putri (salah satu anak yang
ikut les)
Hmmmmm, gini ini nih yang bikin aku pusing, belum mulai aja udah
minta cepat pulang. Tapi aku hanya tersenyum mendengarnya “Kita lihat nanti aja
ya Put, kalau belajarnya cepat selesai, kita pasti cepat pulang juga” ujarku
menjelaskan.
“Hari ini kita belajar matematika ya”
“Iya kak” koor mereka sambil mengeluarkan buku
“Hari ini kakak mau bikin permainan, siapa yang mau main??” tanyaku
“Aku kak, aku kak!” jawab meraka beriringan
“Tapi main apa kak?”
“Hmmmm, main apa ya kita? Gimana kalau main botol?” ajakku
“Botol kak? Gimana cara mainnya tuh?” Tanya Ain dengan wajah
polosnya
“Nah, ini kan ada botol, caranya tuh botol ini kita putar, nanti
kalau botolnya berhenti tepat di depan kalian misalnya di depan Putri, harus
menjawab soal yang akan kakak kasih. Gimana, setuju semuanya?”
“Oke deh kak! Tapi kalau salah jawabannya nggak ada sanksi kan
kak?”
“Tetap ada dong..” godaku
“Yahh kakak… kok gitu sih?” ujar mereka dengan tampang cemberut
(Aku tertawa pelan) “Sanksinya nggak susah kok, bagi siapa yang
salah nanti harus menyetor perkalian, gimana gampangkan?”
“Oke deh kak, gampang itu” ujar mereka bersemangat. Nah, jawaban
ini yang aku suka. Dari bermain sampai memberi hukuman semua ada manfaatnya
untuk mereka semua. Ide ini tiba-tiba muncul di benakku ketika aku melamunkan
metode bermain apa yang pas untuk mereka agar tidak jenuh. Alhamdulillah mereka
setuju.
Permainan putar botolpun di mulai. Awalnya mereka terlihat tegang karena takut
kalau-kalau botolnya berhenti tepat di hadapan mereka, tapi semua berjalan
sesuai harapan dan keinginanku. Dan yang bikin aku bahagia, soal-soal yang aku
berikan dapat mereka jawab dengan benar.
Meski salah satu dari mereka ada yang salah, rasa kecewa itu tidak ada karena
mereka semangat dalam menyetor perkalian yang menjadi hukumannya.
Jam menunjukkan pukul 21.00
menandakan les telah selesai
“Nah, sekarang udah jam 21.00 loh, waktunya kita pulang” ajakku
“Loh, kok cepat kali ya kak?” Tanya Putri yang tadi minta pulang
cepat
Aku tersenyum mendengarnya
“Semua itu terasa cepat karena putri merasa senang dalam mengerjakan soal-soal
yang kakak berikan, begitu juga dengan yang lainnya” tuturku padanya sambil
mengacak-acak rambutnya, dia hanya tersenyum
“Iya kak, seru banget. Besok main kayak gini lagi ya kak biar
semangat!” pinta Fadli
“Oke deh, sekarang sebelum pulang kita baca doa dulu yuk!” ajakku
Setelah selesai membaca doa, mereka menyalamiku satu persatu
“Hati-hati pulangnya ya dek…”
“iya kak, Assalamualaikum” koor mereka
“Wa’alaikumsalam” jawabku senang
Alhamdulillah les kali ini selesai dengan menyenangkan dan memberi
kepuasan yang selama ini ku inginkan, akupun berjanji akan mencoba mencari cara
bermain sambil belajar yang bisa membuat mereka tidak jenuh atau bosan dalam
belajar. “Terimakasih ya Allah telah membantuku”.
Ku tutup pintu
setelah mereka pergi meninggalkan rumahku, dan mencoba rebahan untuk
mengistirahatkan badanku yang agak letih sambil mengembangkan senyum yang
begitu indah.
____Selesai____
Tidak ada komentar:
Posting Komentar